KOMUNIKASI
BISNIS
Nama Anggota
Kelompok :
1.Hendrika Manggug (54214898)
2.Indri
Cahya Mailani Putri (55214317)
3. Lisa Arliana (56214099)
4. Maria Aurelia Bere (56214375)
5. Marizka Dwi Cahyani (56214409)
6. Marlina Sity Priyati
(56214417)
7. Riris Yunita Sinaga (59214477)
UNIVERSITAS
GUNADARMA
1. PERENCANAAN LAPORAN BISNIS
A. Pengertian dan Jenis laporan bisnis
Laporan bisnis ialah setiap dokumen faktual yang menyatakantujuan perusahaan merupakan sarana manajerial untuk menginformasikan atau memberikan kontribusi pada pengambilan keputusan harus bersifat akurat, lengkap dan obyektif.
Suatu laporan dapat berbentuk tertulis ataupun lisan ataupun keduanya (lisan dan tertulis). Laporan tertulis biasanya mendahului penyajian secara lisan yang didasarkan pada dokumen tertulis.
Laporan bisnis dapat digolongkan ke dalam jenis sebagai berikut :
a. Laporan menurut Fungsinya
Jenis laporan menurut fungsinya terdiri Laporan Informasional dan Laporan Analitis.
Ø Laporan informasional adalah laporan yang bersifat memberi informasi, menyajikan fakta – tanpa melakukan analisis, tanpa kesimpulan, dan tanpa memberi rekomendasi.
Ø Laporan analitis adalah laporan yang menyajikan fakta, menganalisis dan mengintrepertasikannya, kemudian menyimpulkan dan memberi rekomendasi. Beberapa contoh dari jenis ini adalah laporan kemajuan pekerjaan, laporan rekomendasi, proposal, dan sebagainya.
b. Laporan menurut Subjeknya
Laporan menurut subjeknya adalah laporan yang didasarkan menurut departemen atau unit tempat laporan itu diperoleh. Contoh-contohnya adalah laporan akuntansi, laporan personalia, laporan produksi dan sebagainya.
c. Laporan menurut Formalitasnya
Laporan jenis ini dapat dibedakan atas laporan formal atau laporan laporan panjang (pada umumnya lebih dari 10 halaman) dan laporan nonformal atau laporan singkat.
d. Laporan menurut Keasliannya
Laporan yang menurut keasliannya terdiri dari laporan otoritas, laporan sukarela, laporan swasta, dan laporan publik.
· Laporan otoritas yang dibuat atas dasar permintaan atau kuasa dari orang lain.
· Laporan sukarela disusun atas inisiatif dari pembuat laporan itu sendiri.
· Laporan swasta adalah laporan yang dibuat oleh organisasi/perusahaan swasta.
· Laporan publik disusun oleh lembaga/organisasi pemerintah atau lembaga yang dibiayai oleh negara.
e. Laporan menurut Frekuensinya
Laporan menurut frekuensinya terdiri dari laporan berkala yaitu laporan yang disusun secara harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan.
f. Laporan menurut Jenisnya
Laporan jenis terdiri dari laporan memorandum, laporan surat, laporan dalam bentuk cetakan, dan laporan panjang (laporan formal).
g. Laporan menurut Kegiatan Projek
Laporan macam ini terdiri atas laporan pendahuluan, laporan perkembangan, dan laporan akhir.
h. Laporan menurut Pelaksanaan Pertemuan
Yang termasuk ke dalam laporan jenis ini adalah agenda, resolusi, notulen, dan laporan pertemuan.
o Agenda adalah suatu dokumen yang ditulis sebelum suatu pertemuan berlangsung, dan biasanya terdiri dari jadwal pelaksanaan dan topik yang akan dibahas dalam pertemuan sehingga akan membantu peserta dalam mempersiapkan peserta.
o Resolusi merupakan laporan singkat yang secara formal berisi pengumuman hasil konsensus dalam suatu pertemuan.
o Notulen adalah laporan resmi dalam suatu pertemuan yang telah berlangsung yang mencakup semua hal yang terjadi dalam suatu pertemuan.
o Laporan pertemuan merupakan laporan resmi yang mencakup bahasan yang lebih luas dan berisi hasil pertemuan atau konfrensi penting.
B. Bagian pokok dalam laporan bisnis
I. Pendahuluan
Dalam bagian pendahuluan ada 10 hal yang perlu dipertimbangkan, yakni:
1. Pemberi Kuasa, adalah individu/organisasi yang meminta laporan;
2. Tata-letak, menginformasikan kepada pembaca tentang apa saja yang akan dibahas dalam laporan bisnis;
3. Masalah, biasanya diformulasikan di awal pendahuluan sebelum maksud atau tujuan laporan bisnis dinyatakan;
4. Maksud, merupakan poin penting dalam laporan bisnis;
5. Ruang Lingkup, berhubungan dengan luas cakupan atau batas suatu pokok bahasan dalam sebuah laporan bisnis;
6. Metodologi, mengacu pada metode pengumpulan informasi;
7. Sumber-sumber, mencakup berbagai sumber yang kita gunakan dalam penyusunan laporan bisnis, baik sumber tertulis maupun sumber lisan;
8. Latar Belakang, jika pembaca dianggap perlu mengetahui informasi yang ada dalam laporan bisnis itu maka latar belakang harus disampaikan.
9. Definisi Istilah, jika kita menggunakan istilah yang memiliki beberapa penafsiran maka kita harus menjelaskan kepada pembaca definisi yang kita maksudkan.
10. Keterbatasan, adalah keterbatasan dalam hal dana, waktu, ataupun data yang tersedia.
Untuk laporan singkat, beberapa unsur tersebut dapat digabungkan menjadi satu atau dua paragraf dengan ataupun tanpa judul “Pendahuluan”. Bahkan dalam laporan berkala, judul pendahuluan dapat dihilangkan bila isi setiap periode sama dan pembaca telah mengetahuinya.
II.
Isi Laporan
Bagian terpanjang dari suatu laporan bisnis
adalah isi laporan. Dalam bagian ini, kita membahas dan mengembangkan hal-hal
yang penting secara rinci. Di samping itu, bagian ini dapat membantu kita
mencapai maksud penulisan laporan bisnis. Penulisan laporan bisnis yang baik,
harus mencakup temuan fakta yang penting dan relevan.
III.
Penutup
Bagian penutup berfungsi untuk merangkum
laporan secara menyeluruh, dan untuk laporan analitis juga mengambil kesimpulan
dan memberikan rekomendasi. Oleh karena itu, dalam Laporan Informasional bagian
penutup ini dinamakan Rangkuman, sedangkan pada Laporan Analitis disebut
Kesimpulan dan Rekomendasi.
Hal-hal yang
dipertimbangkan dalam bagian penutup adalah sebagai berikut:
·
Rangkuman
·
Kesimpulan
·
Rekomendasi
·
Rencana Tindakan
C.
Pengorganisasian isi dalam
laporan bisnis
Ada 2 (dua) cara yang
dapat dipilih untuk digunakan dalam penyusunan isi laporan bisnis, yakni cara
deduksi (cara langsung) dan cara induksi (cara tak langsung).
Ø Cara
deduksi atau cara langsung, berarti menyampaikan ide pokok dan rekomendasi
terlebih dahulu, setelah itu baru dijelaskan hal-hal yang rinci.
Ø Cara induksi atau cara tak
langsung, berarti kita menjelaskan fakta- fakta yang ada terlebih dahulu, baru
kemudian kita memberikan ide pokok, kesimpulan, dan rekomendasi.
D.
Penulisan laporan singkat
-
Karakteristik Laporan
Singkat
Kebanyakan laporan singkat
hanya mencakup materi pendukung yang relatif sedikit bagi pencapaian komunikasi
yang efektif. Laporan singkat itu sendiri dapat berbentuk memo ataupun surat
yang terdiri atas satu atau dua halaman. Laporan singkat mencakup beberapa
elemen penting dalam suatu laporan formal, antara lain :
ü Gaya penulisan pribadi yang
menggunakan gaya penulisan orang pertama atau kedua.
ü Grafik untuk lebih
menekankan tulisan.
ü Judul dan sub-subjudul dalam
tubuh laporan.
ü Format memo atau surat.
-
Perencanaan Laporan Singkat
Dalam merencanakan suatu
laporan singkat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain audience, tujuan, dan subjek laporan.
Masing-masing elemen akan mempengaruhi format dan panjang, gaya, serta
organisasi suatu laporan.
Ada beberapa format laporan
yang dapat dipilih oleh penulis, antara lain :
a.
Preprinted, Bentuk sebelum dicetak pada
dasarnya digunakan untuk mengisi laporan yang kosong. Kebanyakan laporan preprinted relatif pendek, sekitar
lima atau kurang dari lima halaman, dan berkaitan dengan informasi rutin.
Contohnya adalah laporan otoritas.
b.
Surat, Format surat dapat digunakan untuk laporan yang
jumlah halamannya lima atau kurang, dan ditujukan kepada pihak luar organisasi.
Laporan tersebut mencakup semua bagian surat, dan dilengkapi dengan judul,
catatan kaki, table, dan gambar.
c.
Memo, Format yang paling umum untuk laporan singkat yang
digunakan untuk kepentingan pihak intern suatu organisasi. Memo mencakup
beberapa hal berkut : tanggal, kepada, dari, dan subjek.
d.
Manuskrip, Laporan ini terdiri atas beberapa halaman sampai
ratusan halaman yang memerlukan pendekatan formal. Karena panjangnya, format
manuskrip memerlukan lebih banyak komponen baik sebelum teks (prefatory parts) maupun setelah teks (supplementary parts).
E.
Membuat laporan bisnis yang
baik
1.
Akurat, Hal pertama yang perlu diperhatikan oleh seorang
penulis laporan bisnis adalah bagaimana mengatakan suatu kebenaran. Beberapa
hal berikut ini akan membantu mengatasi kemungkinan terjadinya distorsi :
·
Jelaskan fakta atau peristiwa yang terjadi secara
konkret.
·
Laporkan semua fakta yang relevan.
·
Tempatkan fakta yang ada dalam suatu perspektif.
·
Berikan bukti-bukti terhadap kesimpulan yang Anda buat.
·
Sajikan hanya bukti yang valid dan mendukung kesimpulan
Anda.
·
Jaga bias pribadi Anda dalam suatu laporan.
2.
Keputusan yang Baik, Laporan bisnis yang dibuat tidak hanya digunakan
pihak intern saja, tetapi juga pihak ekstern organisasi. Pembaca akan merasa
senang membaca suatu laporan yang mencakup lima hal berikut :
·
Adanya ide pokok pada permulaan suatu laporan.
·
Melihat fakta-fakta yang tersedia.
·
Menerima uraian atau cerita secara menyeluruh.
·
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
·
Mempelajari sesuatu yang dapat membuat pekerjaan atau tugas-tugas
mereka menjadi lebih mudah.
3.
Format, Gaya, dan Organisasi
yang Responsif, Sebelum menulis, Anda harus memutuskan apakah akan menggunakan format
surat, memo, atau manuskrip apakah menggunakan gaya formal atau informal. Dalam
hal ini, ajukan diri Anda sendiri pertanyaan berikut :
·
Siapa yang berinisiatif yang membuat laporan?
·
Apakah
subyek yang akan dimasukan ke dalam laporan?
·
Kapan suatu
laporan dibuat?
·
Ke mana
laporan akan dikirim?
·
Mengapa
suatu laporan dibuat?
·
Bagaimana
sikap pembaca?
- PRESENTASI BISNIS
Persiapan Dasar Presentasi Bisnis :
a.
Penguasaan terhadap topik
atau materi yang akan dipresentasikan
Penguasaan terhadap materi yang akan dipresentasikan merupakan salah satu syarat penting agar apa yang ingin disampaikan kepada audiens dapat mencapai sasaran. Ketidakpastian terhadap materi yang akan dipresentasikan bukan saja menghambat penyampaian pesan kepada audiens, tetapi juga akan memberikan citra ( image ) yang kurang baik bagi pembicara yang bersangkutan. Oleh karena itu, kuasailah materi tersebut dengan baik sebelum melakukan presentasi di hadapan audiens.
Penguasaan terhadap materi yang akan dipresentasikan merupakan salah satu syarat penting agar apa yang ingin disampaikan kepada audiens dapat mencapai sasaran. Ketidakpastian terhadap materi yang akan dipresentasikan bukan saja menghambat penyampaian pesan kepada audiens, tetapi juga akan memberikan citra ( image ) yang kurang baik bagi pembicara yang bersangkutan. Oleh karena itu, kuasailah materi tersebut dengan baik sebelum melakukan presentasi di hadapan audiens.
b.
Penguasaan berbagai alat
bantu presentasi dengan baik
Di samping penguasaan materi yang akan dipresentasikan dengan baik, maka berikutnya adalah bagaimana seorang pembicara mampu memanfaatkan berbagai alat bantu presntasi bisnis demi pencapaian tujuan yang dikehendaki.
Berbagai alat batu presentasi bisnis yang dapat digunakan antara lain: white board, spidol, overhead projector ( OHP ), transparasi, slide, komputer, bagan, flip chart, video camera, tape, televisi, VCR, dan LCD Projector.
Di samping penguasaan materi yang akan dipresentasikan dengan baik, maka berikutnya adalah bagaimana seorang pembicara mampu memanfaatkan berbagai alat bantu presntasi bisnis demi pencapaian tujuan yang dikehendaki.
Berbagai alat batu presentasi bisnis yang dapat digunakan antara lain: white board, spidol, overhead projector ( OHP ), transparasi, slide, komputer, bagan, flip chart, video camera, tape, televisi, VCR, dan LCD Projector.
c.
Menganalisis siapa audiens
( Who, What, Where, When, Why, How )
Agar tujuan presentasi bisnis dapat tercapai dengan baik, maka seorang pembicara perlu mengenal siapa sebenarnya yang menjadi audiens. Melalui pendekatan bertanya dengan menggunakan kata tanya seperti: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana, maka seorang pembicara akan dapat mengidentifikasi tentang siapa sebenarnya audiens yang dimaksud, sehingga seorang pembicara dapat melakukan berbagai persiapan antisifatif.
Agar tujuan presentasi bisnis dapat tercapai dengan baik, maka seorang pembicara perlu mengenal siapa sebenarnya yang menjadi audiens. Melalui pendekatan bertanya dengan menggunakan kata tanya seperti: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana, maka seorang pembicara akan dapat mengidentifikasi tentang siapa sebenarnya audiens yang dimaksud, sehingga seorang pembicara dapat melakukan berbagai persiapan antisifatif.
d.
Menganalisis berbagai
lingkungan lokasi atau tempat untuk presentasi
Agar presentasi bisnis yang dilakukan tersebut dapat mencapai tujuan, maka seorang pembicara perlu mengenal lebih dekat dengan lingkungan lokasi atau tempat di mana seseorang akan melakukan presentasi bisnis.
Agar presentasi bisnis yang dilakukan tersebut dapat mencapai tujuan, maka seorang pembicara perlu mengenal lebih dekat dengan lingkungan lokasi atau tempat di mana seseorang akan melakukan presentasi bisnis.
Penggunaan Alat Bantu dalam Presentasi
a.
Papan tulis hitam dan putih
(blacboard & whiteboard), Merupakan salah satu alat bantu presentasi yang sudah cukup
lama, dan kini alat bantu tsb relatif jarang digunakan. Sarana ini cocok
untuk kegiatan seperti lokakarya, briefing, rapat maupun diskusi
b.
Flip Charts adalah sebuah papan yg dilengkapi dgn lembaran-lembaran
kertas berukuran penuh. Apabila lembar kertas sudah penuh, maka dpt
dimembuka lembar kosong selanjutnya atau menyobeknya.
c.
Transparansi overhead
project, nampaknya
merupakan alat bantu presentasi yang cukup populer bagi para pembicara.
Diberbagai belahan dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dan
kanada. Dengan semakin meluasnya teknologi komputer, maka semakin banyak yg
dapat memanfaatkan kemampuan komputer untuk membuat tampilan grafik, gambar,
bagan dsb.
d.
Papan tulis elektronik, Papan tulis elekronik
memiliki motor elektronik untuk menggulung layar sehingga muncul bagian bersih
yang baru dan seterusnya
e.
Video cassete recorder (vcr), Video cassete recorder
(perekam kaset video) dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan persentase
bisnis . anda dapat merekam berbagai program pelatihan atau kegiatan
kegiatan tertentu sebagai bahan study kasus dalam format kaset video . kaset
video memiliki tiga macam format yaitu : PAL, NTSC, SECAM
f.
PANEL LCD, Panel liquid crystal
display (LCD) memiliki kesamaan dengan layar komputer jenis laptop yakni
transparan , untuk dapat beroperasi layar LCD dihubungkan dengan port monitor
bagian belakang komputer yang bertindak seperti layar komputer dan bertindak
seperti layar komputer biasa yang menayangkan data atau gambar.
g.
Proyektor LCD, Proyektor LCD (liquid
crystal display) merupakan salah satu alat bantu persentasi yang banyak di
gunakan oleh organisasi atau lembaga bisnis maupun non bisnis . dalam
perkembangannya , proyektor LCD dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan yang semakin baik . perkembangannya dapat dilihat dari
produk atau tau tampilan produk yang semakin menarik dan ramping. Proyektor LCD
ini baru dapat berfungsi dengan baik apabila dihubungkan dengan Personal
Computer (PC) baik dalam bentuk komputer jinjing (portabel computer) maupun
komputer meja (desktop komputer)
Menganalisa Audiens
Dalam menganalisis audiens seorang pembicaraan harus mampu
menjawab enam pertanyaan mendasar berikut ini :
§ Siapa audiensnya?
Analisis audiens ini berkaitan dengan kepada siapa seseorang itu berbicara.
Analisis audiens ini berkaitan dengan kepada siapa seseorang itu berbicara.
§ Apa yang diinginkan audiens?
Agar penyampaian pesan-pesan bisnis sesuai seperti yang diharapkan, pembicara yang baik perlu mengetahui apa yang diinginkan oleh audiens.
Agar penyampaian pesan-pesan bisnis sesuai seperti yang diharapkan, pembicara yang baik perlu mengetahui apa yang diinginkan oleh audiens.
§ Dimana melakukan persentasi?
Bagi pembicara, pemahaman terhadap tempat persentasi
dilakukan sangat penting.
§ Kapan melakukan persentasi?
Seorang pembicara perlu memperhatikan secara seksama kapan melakukan persentasi bisnis (rincian mengenai tanggal,bulan hari,dan jam berapa).
Seorang pembicara perlu memperhatikan secara seksama kapan melakukan persentasi bisnis (rincian mengenai tanggal,bulan hari,dan jam berapa).
§ Mengapa melakukan
persentasi?
Sebelum melakukan persentasi bisnis,seorang pembicara harus mampu menjawab pertanyaan mengapa harus melakukan persentasi bisnis.
Sebelum melakukan persentasi bisnis,seorang pembicara harus mampu menjawab pertanyaan mengapa harus melakukan persentasi bisnis.
§ Bagaimana meakukan
persentasi?
Seorang pembicara yang satu dengan pembicara yang lain tentunya memiliki strategi persentasi bisnis yang berbeda-beda.
Seorang pembicara yang satu dengan pembicara yang lain tentunya memiliki strategi persentasi bisnis yang berbeda-beda.
- PENGORGANISASIAN DAN REVISI PESAN PESAN BISNIS
A.
PENGORGANISASIAN PESAN-PESAN
MELALUI OUTLINE
Untuk mencapai pengorganisasian pesan-pesan yang baik maka diperlukan suatu cara agar pesan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
Untuk mencapai pengorganisasian pesan-pesan yang baik maka diperlukan suatu cara agar pesan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
1.
Mendefinisikan dan
Mengelompokkan Ide
Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah mendasar
bagi setiap komunikator yang harus dicari pemecahannya. Jika materi memang
lemah, tidak memiliki suatu muatan yang menarik, maka akan mengaburkan fakta
yang ada. Apabila penyusunan pesan yang panjang dan kompleks, maka outline
sangat diperlukan dan menjadi penting artinya. Hal ini karena dengan adanya
outline akan sangat membantu memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain. Selain itu, outline juga membantu untuk mengkomunikasikan
ide-ide dengan cara yang lebih sistematik, efisien dan efektif. Melalui
perencanaan yang baik outline akan membantu mengekspresikan transisi antara
ide-ide sehingga audiens akan memahami pola pikir komunikator. Susunan suatu
outline secra garis besar dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, antara lain
:
a.
Memulai dengan Ide Pokok, akan sangat membantu dalam
menetapkan tujuan dan strategi umum dari suatu pesan. Ide pokok dirangkum ke
dalam dua hal yaitu : keinginan terhadap audiens untuk melakukan dan memikirkannya,
sebagai alasan yang mendasar bagi audiens mengapa harus melakukan dan
memikirkannya.
b.
Menyatakan hal-hal pendukung
yang penting,
yang akan sangat berguna dalam mendukung ide-ide pokok.
c.
Membuat ilustrasi dengan
bukti-bukti,
semakin banyak bukti-bukti yang dapat disajikan, maka outline yang dibuat akan
semakin baik.
2.
Menentukan Urutan dengan
Rencana Organisasional
Setelah mengelompokkan ide-ide, langlah selanjutnya adalah menentukan urutan-urutan terhadap ide-ide tersebut aga selaras dengan rencana organisasional, melalui dua pendekatan yaitu :
Setelah mengelompokkan ide-ide, langlah selanjutnya adalah menentukan urutan-urutan terhadap ide-ide tersebut aga selaras dengan rencana organisasional, melalui dua pendekatan yaitu :
a.
Pendekatan Langsung (direct
approach),
sering disebut juga dengan pendekatan deduktif , dimana ide pokok muncul paling
awal, kemudian diikuti bukti-bukti pendukungnya. Biasanya reaksi dari audiens
akan positif dan menyenangkan jika menggunakan pendekatan ini.
b.
Pendekatan Tidak Langsung
(indirect approach), atau sering disebut dengan pendekatan induktif, dimana
bukti-bukti diletakan paling awal, kemudian baru diikuti dengan ide pokok.
Biasanya audiens akan merespon negatif dan tidak menyenangkan. Setelah
menganalisa berbagai kemungkinan respon yang ada dari dalam diri audiens serta
telah menemukan suatu pendekatan yang terbaik, maka tahap selanjutnya adalah
menentukan jenih pesan yang akan dibuat atau disampaikan. Secara garis besar
jenis pesan yang dapat di sampaikan meliputi permintaan langsung (direct
request), pesan-pesan rutin, good news atau goodwill, pesan-pesan bad news dan
pesan-pesan persuasive.
B.
Pemilihan Kata Yang Tepat
Pemilihan kata dalam penyampaian pesan – pesan bisnis kepada
audiens sangat penting. Penggunaan kata asing yang sukar dimengerti adalah
pemborosan. Agar suatu komunikasi dapat tercapai maksudnya, perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
a.
Pilihlah kata yang sudah familiar
Diperlukan suatu analisis audiens, terutama untuk mengetahui
latar belakang pendidikan dan pengalaman audiens. Pemahaman yang baik terhadap
audiens akan memberikan pengaruh yang baik bagi proses penyampaian pesan –
pesan bisnis.
b.
Pilihlah kata-kata yang
singkat
Kata-kata yang singkat selain efisien, juga mudah dipahami
oleh audiens. Tetapi kita juga harus memperhatian kaidah penulisan bahasa yang
baik dan benar.
c.
Hindari kata-kata yang bermakna ganda
Penggunaan kata-kata tersebut akan mengakibatkan penafsiran
yang bermacam – macam. Hal ini dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud
dari pesan-pesan bisnis.
C.
Membuat Kalimat Yang Efektif
Dalam menyusun suatu kalimat perlu diperhatikan 3 hal, yaitu
kesatuan pikiran, kesatuan susunan, dan kelogisan. Diketahui bahwa dalam setiap
kalimat paling tidak terdiri atas subjek dan predikat. Subjek dalam predikat
akan menjawab “siapa” atau “apa” yang dilakukan oleh kata kerja dan merupakan
topik suatu bahasan atau sesuatu yang sedang dikatakan dan biasanya berupa kata
benda.
1.
Tiga jenis kalimat.
a.
Kalimat Sederhana, Suatu kalimat sederhana
hanya memiliki sebuah subjek dan predikat. Namun tidak menutup kemungkinan
suatu kalimat dilengkapi dengan objek baik langsung maupun tidak langsung.
b.
Kalimat Majemuk, Kalimat majemuk berisi dua atau lebih klausa independen dan
tidak mempunyai klausa dependen. Klausa independen merupakan lausa yang dapat
berdiri sendiri atau mempunyai pengertian yang utuh, sedangkan klausa dependen
adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga tidak memiliki klausa
yang utuh.
c.
Kalimat kompleks
Kalimat kompleks berisi sebuah klausa independen dan satu
atau lebih klausa dependen sebagai anak kalimat.
2.
Cara mengembangkan paragraph
Ada dua pendekatan untuk mengembangkan suatu paragraf,
pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Pendekatan induktif dimulai dengan
berbagai alasan terlebih dahulu baru dibuat kesimpulan, sedangkan deduktif
dimulai dari kesimpulan, baru diikuti dengan alasan-alasannya. Cara-cara
mengembangkan paragraph:
a.
Ilustrasi, Untuk mengembangkan suatu
paragraf dapat digunakan suatu ilustrasi yang dapat memberikan gambaran
terhadap ide atau gagasan umum.
b.
Perbandingan (Persamaan
& Perbedaan), Anda dapat mengembangkan paragraf dengan cara membandingkan persamaan
maupun perbedaan terhadap suatu pemikiran dengan pemikiran yang lain.
c.
Pembahasan Sebab-Akibat, Agar dapat memberikan arah
yang jelas terhadap suatu pokok bahasan tertentu.
d.
Klasifikasi, Untuk mempermudah pemahaman
paragraf bagi pengirim pesan dan penerima pesan. Selain itu agar suatu topik
bahasan menjadi lebih terarah atau terfokus.
e.
Pembahasan Pemecahan Masalah,
Untuk
memberikan latihan analitis yang sangat diperlukan bagi seseorang dalam
pengambilan keputusan-keputusan penting bagi suatu organisasi.
Paragraf hendaknya jangan terlalu singkat namun juga jangan
terlalu panjang. Yang penting, suatu paragraf harus merupakan kesatuan ide atau
gagasan yang utuh, menggunakan kata-kata transisi, kata ganti, atau kata kunci
sebagai penghubung antara kalimat yang satu dengan yang lainnya, dan jelas.
4. KOMUNIKASI LISAN &
NEGOSIASI
- Komunikasi Lisan dalam Rapat
Di dalam pertemuan dan rapat setiap
peserta harus menyadari posisinya dalam forum tersebut. Tiap peserta hendaknya:
ü Mampu berkomunikasi secara jujur, terbuka dan bertanggung jawab.
ü Mampu berperan sebagai komunikator yang berpartisipasi aktif namun tidak
memonopoli pembicaraan.
ü Mampu berperan sebagai komunikan yang sangat responsive namun tidak
emosional.
ü Mampu berperan sebagai penyelaras yang sangat bijaksana dan adil namun
tidak kehilangan pendirian.
ü Mampu mengendalikan diri, dan menghindarkan terjadinya debat serta tidak
berbicara bertele-tele.
- Komunikasi Lisan dalam Wawancara
Wawancara pada dasarnya
adalah obrolan biasa, hanya saja dengan topik tertentu, dan ada pihak yang
lebih dominan bertanya (pewawancara) dan pihak lain dominan menjawab,
menjelaskan, atau memberi informasi (narasumber). Wawancara sangat penting
dalam penelitian kualitatif, karena ia merupakan sarana atau teknik pengumpulan
data/informasi. Setiap pengumpulan data kualitatif hampir selalu membutuhkan
wawancara dengan sumber informasi, misalnya saksi mata, pelaku, pengamat,
korban dan sebagainya. Wawancara adalah salah satu teknik meliput, selain
terjun langsung ke lapangan atau tempat kejadian peristiwa dan studi literatur
atau studi kepustakaan.
Etika dalam wawancara di
antaranya:
(1) sebutkan/perkenalkan
identitas diri
(2) jelaskan tujuan
wawancara
(3) datang tepat waktu, konfirmasi bila terlambat
(4) menghormati permintaan
responden, buat secara tertulis.
Sikap dalam wawancara yang perlu diperhatikan:
§ Fokus pada lawan bicara.
§ Fokus pada pembicaraan.
§ Tidak boleh memotong pembicaraan.
§ Gunakan volume suara yang baik (berbicara tidak terlalu
keras).
§ Sabar.
§ Lakukan verifikasi jika ada kekurangan.
§ Jangan menyakiti hati responden.
§ Hindari bahasa menggurui responden.
§ Hindari kata-kata kasar (kotor).
§ Bersikap ramah.
§ Hindari sikap rakus.
§ Hindari tatapan yang
menyelidik/melotot/clingak-clinguk.
§ Ucapkan terima kasih.
- Komunikasi Lisan dalam Bernegosiasi
Sebagai mana kita sering
mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan upaya seseorang
untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain. Sedangkan
pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan proses
untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timabal balik dari
pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang
berbeda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi
dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau
antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar
belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan
pola perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya
negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan
negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar
belakng, pola pemi-kiran, dan karakteristik masing-masing, serta kemudian
berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
Agar dalam berkomunikasi
lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus dilaksanakan
dengan melalui beberapa tahap yakni:
1.
Fact-finding, mengumpulkan
fakta-fakta atau data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan sebelum
melakukan negosiasi.
2.
Planning/rencana, sebelum bernegosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar pesan yang
hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah
hasil yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan Anda terhadap lawan
tersebut, perkirakan/bayangkan kemungkinan reaksi penerima pesan/lawan
berbicara terhadap apa yang Anda katakan.
3.
Penyampaian, lakukan
negosiasi/sampaikan pesan dalam bahasa lawan/si penerima. Usahakan gunakan
istilah khas yang biasa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata-kata
yang mencerminkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda
terhadap kata yang disampaikan.
4.
Umpan balik, negosiator harus
menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik reaksi lawan bicara.
Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng–geleng kepala,
mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui samakah makna
yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.
5.
Evaluasi, perlu untuk menilai
apakah tujuan berkomunikasi/negosiasi sudah tercapai, apakah perlu diadakan
lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Meskipun pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan
akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. Yang sering terjadi
justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi
dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang
memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan
memenangkan pendapatnya.
Kalau terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul
dorongan untuk menang. Keinginan untuk menang di satu sisi dengan mengabaikan
kekalahan dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan
strategi menang-menang (win-win solution). Artinya ada sebagian keinginan kita
yang dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal
yang sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat tercapai.
5. KOMUNIKASI
DALAM TULISAN
- Penulisan Kabar atau Berita
Dasar penulisan berita, setelah mengumpulkan
informasi, fakta mengenai suatu kejadian haruslah dapat menjawab pertanyaan
siapa, apa, bilamana, di mana, kenapa, bagaimana, (dalam bahasa inggris 5W + 1H
= Who, What, When, Where, Why, How). Selanjutnya, sudah umum sekali dikenal
gaya menulis berita yang lazim disebut gaya penulisan piramida terbalik. Unsur
berita yang paling kuat ditulis sebagai pembukaan (lead, teras, intro). Aspek
peristiwa terpenting itu disebut juga point of maximal interest (titik
perhatian maksimal – TPM), tujuannya merebut perhatian pembaca agar segera
tertarik membaca berita itu. Rangkaian paragraf berikutnya berisi aspek
peristiwa lainnya yang mendukung atau lebih merinci TPM, yang semakin ke bawah
semakin kurang penting ibarat mengikuti gaya bangunan atau struktur piramida
terbalik.
- Penulisan Pesan-Pesan Persuasif
Persuasi merupakan suatu usaha mengubah sikap,
kepercayaan atau tindakan audiens untuk mencapai suatu tujuan. Secara
sederhana, persuasi yang efektif adalah kemampuan untuk menyampaikan suatu
pesan di dalam suatu cara yang membuat audiens (pembaca atau pendengar) merasa
mempunyai pilihan dan membuat mereka setuju. Di dalam suatu organisasi,
seseorang menulis pesan-pesan persuasif dimaksudkan untuk menjual ide/gagasan
kepada orang lain, memberi saran agar prosedur operasional lebih efisien,
mengumpulkan suatu dukungan untuk kegiatan tertentu, dan dalam kaitannya dengan
permohonan bantuan dana bagi pembiayaan suatu proyek tertentu. Selain untuk
kepentingan internal organisasi, penyampaian pesan-pesan persuasif juga
digunakan untuk kepentingan eksternal, misalnya permintaan atau informasi yang
bersifat menyenangkan, atau kegiatan untuk mendapatkan dana dan kerja sama.
Pesan-pesan persuasive dimulai dengan melakukan analisis sudiens,
mempertimbangkan perbedaan budaya, dan memilih pendekatan langsung atau tidak
langsung.
- Korespondensi (Surat Menyurat)
Surat merupakan sarana komunikasi tertulis
disampaikan oleh suatu pihak kepada pihak lain. Dalam perkembangannya,
seseorang dapat menulis surat dengan secarik kertas, namun dapat juga dengan
menggunakan sarana komputer yang sudah dilengkapi dengan modem, yaitu surat
elektronik.
Melalui surat, kita dapat menyampaikan
informasi penting kepada orang lain, sebagai alat bukti tertulis, alat untuk
mengingat-ingat, alat bukti historis, dan untuk pedoman kerja. Dilihat dari
segi bentuk, isi, dan bahasanya, surat dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis,
yaitu surat pribadi, surat dinas, dan surat bisnis. Surat pribadi umumnya tidak
memiliki suatu standar penulisan yang baku. Sedangkan surat dinas dan surat
bisnis, umumnya harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa. Sehingga kita tidak boleh
membuat surat dinas dan surat bisnis menurut selera sendiri-sendiri.
Bagian-bagian penting dalam surat,
biasanya mencakup kepala surat, tanggal, nomor, lampiran, hal, alamat yang
dituju, salam pembuka, paragraph pembuka, paragraph isi, paragraph penutup,
salam penutup, tanda tangan, nama terang, tembusan, dan inisial.
Sedangkan bentuk surat dapat dibedakan ke
dalam
(1) bentuk lurus penuh,
(2) bentuk setengah lurus,
(3) bentuk lurus,
(4) bentuk bertekuk,
(5) bentuk paragraph menggantung.
(1) bentuk lurus penuh,
(2) bentuk setengah lurus,
(3) bentuk lurus,
(4) bentuk bertekuk,
(5) bentuk paragraph menggantung.
Secara umum, bahasa yang digunakan dalam
dunia korespondensi mencakup tiga hal yaitu,
(1) pilihlah kata-kata yang sudah dikenal,
(2) kata-kata yang lazim,
(3) pilihlah kata-kata secara cermat.
(1) pilihlah kata-kata yang sudah dikenal,
(2) kata-kata yang lazim,
(3) pilihlah kata-kata secara cermat.
Daftar pustaka:
ühttp://www.academia.edu/9420401/MAKALAH_KOMUNIKASI_BISNIS_PRESENTASI_BISNIS
ü Nawangsari, Sri. (1997).
Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gunadarma.
ü Yuliantri, R. A., M.Pd.
(n.d.). Etika dan Komunikasi Wawancara. Retrieved May 11, 2016, from https://www.google.co.id/urlsa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiRw5L4p9LMAhVFHJQKHbxbDogQFggiMAE&url=http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Rhoma%20Dwi%20Aria%20Yuliantri,%20S.Pd.,%20M.Pd./Etika%20dan%20Komunikasi%20Wawancara.pdf&usg=AFQjCNE0VTrtKdAo1RhDQvxkYZE6uyi2rQ&sig2=5iQm79N-PjyMgN9Sig3oIw
ü Ristianti, N. S. (n.d.).
Wawancara dan Penggalian Informasi secara Lisan. Retrieved May 11, 2016, from http://www.academia.edu/9457366/kuliah_teknik_komunikasi_wawancara
ü Anom, Erman., MM. (n.d.).
Komunikasi dalam Negosiasi Bisnis. Retrieved May 11, 2016, from
http://www.esaunggul.ac.id/article/komunikasi-dalam-negosiasi-bisnis/